Senin, 05 Maret 2018

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DAN CONTOH IMPELEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

MAKALAH

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING
DAN CONTOH IMPELEMENTASINYA
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
 Mata Kuliah Strategi Kognitif
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Mohamad Surya



Disusun oleh :
Arif Saeful Hikmat
NIM. 17862001







KELAS A ANGKATAN XIV
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KONSENTRASI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
2018


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Experiential Learning Pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris” dengan tepat waktu. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Kognitif Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Mohamad Surya.
            Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Penulis memohon maklum jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca.
Garut, Februari 2018

Penulis

  
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
.
i
ii
A.      PENDAHULUAN .................................................................................
1.    Latar Belakang Masalah ....................................................................
2.    Rumusan Masalah ..............................................................................
3.    Batasan Masalah ................................................................................
4.    Tujuan dan Manfaat Penulisan ...........................................................

B.       DESKRIPSI ...........................................................................................
1.    Pengertian Experiential Learning ......................................................
2.    Tahap Pembelajaran Experiential Learning ......................................

C.      PEMBAHASAN ....................................................................................
Impelementasi Teori Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris ..................................................
1.    Kegiatan Awal ...................................................................................
2.    Kegiatan Inti .......................................................................................
3.    Kegiatan Akhir ...................................................................................

D.      REKOMENDASI ..................................................................................
E.       REFERENSI ..........................................................................................

1
1
3
3
3

4
4
7

8

8
8
9
9

10
10



MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DAN CONTOH IMPELEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS


A.      PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Menurut Sudjana (2000:1), pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia yang baik sebagai subjek dalam pembangunan diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri. Kurikulum, guru dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar adalah tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Untuk mencapai proses pembelajaran yang mengarah kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pembangunan keterampilan peserta didik sesuai kebutuhan, maka diperlukan pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan saja, akan tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sanjaya (2007:13), menjelaskan bahwa komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pembelajaran adalah komponen guru. Karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan dengan peserta didik sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya maka semuanya akan kurang bermakna. Apalagi dalam era reformasi ini guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar (learning resource), akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran (learning manager).
Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh peserta didik. Maka guru harus memiliki kepekaan terhadap aktifitas peserta didiknya untuk mengetahui karakteristik peserta didiknya secara personal. Hal ini diperlukan untuk mempermudah guru dalam pentransferan pengalaman kepada peserta didik dan memperlancar proses pembelajaran.
John Dewey dalam buku Handbook Experiential Learning karya Mel Siberman (2014:3), menyatakan bahwa pembelajaran eksperensial yang sukses tidak hanya melibatkan peserta didik dalam kegiatan melainkan mereka membantu peserta didik untuk memunculkan makna dari kegiatan tersebut. Karena John Dewey mempunyai pendapat bahwa seluruh pengalaman bisa menyebabkan pembelajaran bahkan bisa menyebabkan perubahan. Hal ini karena tujuan terakhir dari proses pembelajaran adalah peserta didik memiliki transfer of learning, sehingga diharapkan mereka dapat mentransfer pengetahuan yang mereka dapatkan ke situasi nyata dalam kegiatan sehari-hari.
Keterampilan transfer of learning sangat dibutuhkan peserta didik setelah proses pembelajaran, oleh karena itu pembelajaran di sekolah tidak cukup hanya mengedepankan fakta-fakta atau konsep saja akan tetapi dibutuhkan pengalaman-pengalaman dalam memahami fakta atau konsep tersebut. Ditinjau dari aspek psikologi, anak lebih memahami materi konkret daripada abstrak dan maknawi. Oleh karena itu pembelajaran dimulai dari yang konkret ke yang abstrak, yang material menuju immaterial, dengan begitu peserta didik mudah memahami konsep yang rumit jika disertai dengan contoh-contoh yang konkret sesuai dengan kehidupan sehari-hari, mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui penanganan dan perlakuan terhadap materi yang benar-benar nyata.
Dengan begitu peserta didik akan lebih aktif dan mudah paham dalam proses pembelajaran tersebut, karena guru memilih sebuah model tepat untuk mengaktifkan kegiatan peserta didiknya dan melibatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka model yang cocok digunakan adalah model Experiential Learning, karena dalam pembelajaran model ini melibatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat menuangkan semua pengalamannya ketika proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai model Experiential Learning dan contoh impelementasinya dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.

2.        Rumusan Masalah
Dari pernyataan dalam latar beakang masalah diatas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana deskripsi teori model Experiential Learning?
2.   Bagaimana contoh impelementasi teori model Experiential Learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris?
3. Rekomendasi apa yang diberikan penulis mengenai impelementasi  teori model Experiential Learning dalam pembelajaran?

3.        Batasan Masalah
Agar penulisan makalah ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Pembahasan singkat deskripsi teori model Experiential Learning
2.        Contoh impelementasi  teori model Experiential Learning dalam pembelajaran bahasa Inggris.
3.        Rekomendasi penulis mengenai impelementasi  teori model Experiential Learning dalam pembelajaran.

4.        Tujuan dan Manfaat Penulisan 
a.        Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
a.    Mengetahui bagaimana deskripsi teori model Experiential Learning.
b. Mengetahui bagaimana contoh impelementasi  teori model Experiential Learning dalam pembelajaran bahasa Inggris.
c. Mengetahui rekomendasi apa yang diberikan penulis mengenai impelementasi  teori model Experiential Learning dalam pembelajaran.

b.        Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis.
a.    Manfaat Teoritis
1)      Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan.
2)      Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori mengenai contoh impelementasi  teori model Experiential Learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.
b.    Manfaat Praktis
1)      Bagi penulis sendiri, memberikan tambahan pengetahuan dan menambah wacana keilmuan khususnya dalam hal teori model Experiential Learning serta impelementasi nya dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.
2)      Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar.
3)      Bagi pembaca, dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai contoh impelementasi  teori model Experiential Learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.

B.       DESKRIPSI
1.        Pengertian Experiential Learning
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:773), model adalah “contoh, pola, acuan dan cara”. Menurut Suprijono (2013: 46), model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Banyak sekali model-model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran diantaranya adalah model experiential learning.
Experiential Learning Teory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Sebagaimana yang didefinisikan Association for Experiential Education (AEE) dalam Maulana (2015:9), mendefinisikan “experiential education is a process through which a learner construct knowledge, skill, and value from direct experiences”. “Pendidikan berbasis pengalaman merupakan sebuah proses dimana para pelajar membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung.
Menurut Nasution dalam Maulana (2015:9), istilah learning by experience atau belajar melalui pengalaman juga sering diidentikkan dengan istilah learning by doing atau belajar sambil melakukan. Experiencing means living through actual situation. All product of learning are achieved by the learner through his own activity. Mengalami berarti mengahayati situasi-situasi sebenarnya. Semua hasil belajar diperoleh melalui kegiatan sendiri. Dengan begitu peserta didik akan memperoleh pengalamannya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Bagaimanapun pengalaman merupakan seluruh kegiatan dan hasil yang komplek dari interaksi aktif manusia. Sebagai makhluk hidup yang sadar yang tumbuh dengan lingkungan di sekitarnya yang berubah dalam perjalanan waktu.
Istilah “experiential” disini untuk membedakan antara belajar kognitif yang cenderung menekankan kognisi lebih daripada efektif, dan teori belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. David Kolb dalam Siberman (2014:4), pengarang Experiential Learning mendefinisikan pembelajaran sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman (experience). Menurut Baharudin dalam Maulana (2014:11), pengetahuan merupakan hasil dari memahami dan mentransformasi pengalaman. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi peserta didik dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif peserta didik, mengubah sikap peserta didik, dan memperluas keterampilan-keterampilan peserta didik yang ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu dari elemen tersebut tidak ada maka elemen lainnya tidak akan efektif.
Model experiential learning memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengalami keberhasilan dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional dimana peserta didik menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan peserta didik. Perbedaan ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Experiential Learning
Pembelajaran Tradisional
Aktif
Pasif
Pertisipatif, berbagi arah
Otokratis, satu arah
Dinamis, belajar dengan melakukan
Terstruktur, belajar dengan mendengar
Bersifat terbuka
Cakupan terbatas dengan sesuatu yang baku
Mendorong untuk menemukan sesuatu
Terfokus pada tujuan belajar yang khusus
Bersandar pada penemuan individu
Bersandar pada keahlian mengajar

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa experiential learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja, namun juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata. Selanjutnya model ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balk serta evaluasi antara hasil impelementasi  dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dalam hal ini experiential learning menggunakan katalisator untuk membantu peserta didik mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

2.        Tahap Pembelajaran Experiential Learning
Menurut Ghuffron dan Risnawita dalam Maulana (2014:13), pembelajaran experiential learning terdiri dari empat tahapan, yaitu:
a.       Tahap pengalaman nyata
b.      Tahap observasi refleksi
c.       Konseptualisasi
d.      Tahap implementasi
Keempat tahap tersebut oleh David Kolb digambarkan dalam bentuk lingkaran sebagai berikut:

Gambar 2.1. Experiential Learning Cycle

Dari gambar 2.1. diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Tahap pengalaman konkret (concrete)
Pada tahap ini peserta didik belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari suatu peristiwa. Peserta didik hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar.
b.    Tahap pengamatan aktif dan reflektif (observation and reflection)
Pada tahap ini belajar harus memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Hal ini dimulai dengan mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada dalam dunia sekitarnya. Peserta didik melakukan refleksi dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi.
c.    Tahap konseptualisasi (forming abstract concept)
Setelah peserta didik diberi kebebasan melakukan pengamatan, selanjutnya diberi kebebasan merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil pengamatannya. Artinya peserta didik berupaya membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
d.   Tahap eksperimentasi aktif (testing in new situation)
Tahap ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil dari proses belajar harus bersifat produk nyata. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Belajar harus memberikan ruang kebebasan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. (Muchith dalam Maulana, 2014:15).

C.      PEMBAHASAN
Impelementasi Teori Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris
Dalam pelaksanaan pembelajaran kosakata bahasa Inggris kelas VII Sekolah Menengah Pertama, guru menggunakan model pembelajaran experiential learning. Model tersebut merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dan menggunakan pengalaman sehari-hari yang dimiliki peserta didik, yang diikut sertakan dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.
Adapun implementasi model pembelajaran experiential learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris, dapat dilihat dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1.    Kegiatan Awal
a.    Guru memberikan salam dan menyapa peserta didik
b.    Guru mengecek kehadiran peserta didik, berdo’a bersama dan menyiapkan buku pelajaran.
c.    Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab mengenai nama benda yang ada di sekitar kelas.
d.   Guru meminta peserta didik untuk mendeskripsikan benda-benda tersebut secara sederhana untuk menggali informasi awal mengenai pengetahuan awal peserta didik.
e.    Guru menyampaikan standar kompetensi dan uraian kegiatan yang akan dilaksanakan.

2.    Kegiatan Inti
Dengan bimbingan guru:
a.       Peserta didik menyebutkan nama-nama benda yang ada di dalam kelas, kemudian mencari arti nama-nama benda tersebut dalam bahasa Inggris.
b.      Peserta didik menyebutkan benda dan masing-masing jumlahnya.
c.       Peserta didik mengidentifikasi apakah benda yang mereka temukan termasuk ke dalam bentuk kata benda tunggal (singular) atau jamak (plural).
d.      Peserta didik membuka tas sekolah mereka dan mencari kosakata bahasa Inggris yang berhubungan dengan benda-benda yang mereka temukan didalam tas.
e.       Peserta didik melakukan tanya jawab dengan teman sebangkunya tentang benda-benda yang ada dalam tas mereka dengan menggunakan bahasa Inggris.

3.    Kegiatan Akhir
a.       Guru menanyakan kepada peserta didik tentang manfaat apa yang mereka terima dari pembelajaran yang telah diselesaikan.
b.      Guru bersama peserta didik mendiskusikan kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran kosakata kata benda dalam bahasa Inggris.
c.       Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran
d.      Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari dan menghapalkan nama-nama benda yang ada di lingkungan rumah sebagai tugas untuk diujikan pada pertemuan berikutnya.
e.       Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.



D.  REKOMENDASI
Berdasarkan kajian teori serta praktik pembelajaran yang telah dilakukan, pembelajaran dengan menggunakan model experiential learning memberikan dampak positif bagi hasil belajar bahasa Inggris peserta didik, serta meningkatkan konsep dan mempermudah peserta didik dalam menyusun konsep kosakata bahasa Inggris berdasarkan sumber belajar lingkungan sekitarnya.
Adapun rekomendasi penulis mengenai model experiential learning ini adalah:
1.    Model experiential learning dapat digunakan sebagai model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris peserta didik.
2.    Model experiential learning dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran yang menyenangkan, saintifik, dan memberikan hasil pemahaman yang baik.

E.  REFERENSI

Alamanda. 2015. Penerapan Model Pembelajaran  Experiential Learning Terhadap Perubahan Konseptual Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/139263-ID-none.pdf. Downoad 13 Februari 2018 Jam 14.00 WIB.
Mahfudin. 2011. Model Pembelajaran Experiential Learning. Dalam http://albyjmahfudz.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-experiential.html. Downoad 13 Februari 2018 Jam 14.20 WIB.
Maulana, Fahmi. 2014. Implementasi Model Experiential Learning Dalam Pembelajaran IPA Materi Energi dan Perubahannya Siswa Kelas IV MI Miftahus Shibyan Mijen Semarang (Skripsi). Semarang. UIN Walisongo Semarang.
Silberman, Mel. 2014. Handbook Experiential Learning. Terj. M.Khozim. Bandung. Nusa Media.











0 komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN JARAK JAUH MENGGUNAKAN APLIKASI SKYPE

PEMBELAJARAN JARAK JAUH MENGGUNAKAN APLIKASI SKYPE Oleh: Arif Saeful Hikmat Dewasa ini perkembangan teknologi semakin maju hingga...