MAKALAH
MODEL EXPERIENTIAL
LEARNING
DAN CONTOH IMPELEMENTASINYA
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Strategi Kognitif
Dosen Pengampu: Prof.
Dr. H. Mohamad Surya
Disusun oleh :
Arif Saeful Hikmat
NIM. 17862001
KELAS A ANGKATAN XIV
PROGRAM
PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KONSENTRASI
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
INSTITUT
PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Model Experiential Learning Pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris”
dengan tepat waktu. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Strategi Kognitif Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Mohamad Surya.
Penulis berharap makalah ini
dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Penulis memohon maklum
jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca.
Garut, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
.
|
i
ii
|
A.
PENDAHULUAN .................................................................................
1.
Latar
Belakang Masalah
....................................................................
2.
Rumusan
Masalah
..............................................................................
3.
Batasan
Masalah
................................................................................
4.
Tujuan dan
Manfaat Penulisan ...........................................................
B.
DESKRIPSI ...........................................................................................
1. Pengertian Experiential Learning ......................................................
2. Tahap Pembelajaran Experiential
Learning ......................................
C.
PEMBAHASAN ....................................................................................
Impelementasi Teori Model Experiential
Learning dalam
Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris ..................................................
1.
Kegiatan
Awal
...................................................................................
2.
Kegiatan
Inti
.......................................................................................
3.
Kegiatan
Akhir
...................................................................................
D.
REKOMENDASI ..................................................................................
E.
REFERENSI ..........................................................................................
|
1
1
3
3
3
4
4
7
8
8
8
9
9
10
10
|
MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DAN CONTOH IMPELEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Menurut Sudjana
(2000:1), pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju
mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia yang baik
sebagai subjek dalam pembangunan diperlukan modal dari hasil pendidikan itu
sendiri. Kurikulum, guru dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar adalah
tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan
di sekolah.
Untuk mencapai
proses pembelajaran yang mengarah kepada pembentukan sikap, pengembangan
kecerdasan atau intelektual, serta pembangunan keterampilan peserta didik
sesuai kebutuhan, maka diperlukan pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan
para peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan saja, akan tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sanjaya (2007:13),
menjelaskan bahwa komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses
pembelajaran adalah komponen guru. Karena guru merupakan ujung tombak yang
berhubungan dengan peserta didik sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun
bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan
prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam
mengimplementasikannya maka semuanya akan kurang bermakna. Apalagi dalam era
reformasi ini guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar (learning resource), akan tetapi lebih
berperan sebagai pengelola pembelajaran (learning
manager).
Melalui pengelolaan
kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya
proses belajar seluruh peserta didik. Maka guru harus memiliki kepekaan
terhadap aktifitas peserta didiknya untuk mengetahui karakteristik peserta
didiknya secara personal. Hal ini diperlukan untuk mempermudah guru dalam
pentransferan pengalaman kepada peserta didik dan memperlancar proses
pembelajaran.
John Dewey dalam
buku Handbook Experiential Learning
karya Mel Siberman (2014:3), menyatakan bahwa pembelajaran eksperensial yang
sukses tidak hanya melibatkan peserta didik dalam kegiatan melainkan mereka
membantu peserta didik untuk memunculkan makna dari kegiatan tersebut. Karena
John Dewey mempunyai pendapat bahwa seluruh pengalaman bisa menyebabkan
pembelajaran bahkan bisa menyebabkan perubahan. Hal ini karena tujuan terakhir
dari proses pembelajaran adalah peserta didik memiliki transfer of learning, sehingga diharapkan mereka dapat mentransfer
pengetahuan yang mereka dapatkan ke situasi nyata dalam kegiatan sehari-hari.
Keterampilan transfer of learning sangat dibutuhkan
peserta didik setelah proses pembelajaran, oleh karena itu pembelajaran di
sekolah tidak cukup hanya mengedepankan fakta-fakta atau konsep saja akan
tetapi dibutuhkan pengalaman-pengalaman dalam memahami fakta atau konsep
tersebut. Ditinjau dari aspek psikologi, anak lebih memahami materi konkret
daripada abstrak dan maknawi. Oleh karena itu pembelajaran dimulai dari yang
konkret ke yang abstrak, yang material menuju immaterial, dengan begitu peserta
didik mudah memahami konsep yang rumit jika disertai dengan contoh-contoh yang
konkret sesuai dengan kehidupan sehari-hari, mempraktekkan sendiri upaya
penemuan konsep melalui penanganan dan perlakuan terhadap materi yang
benar-benar nyata.
Dengan begitu
peserta didik akan lebih aktif dan mudah paham dalam proses pembelajaran
tersebut, karena guru memilih sebuah model tepat untuk mengaktifkan kegiatan
peserta didiknya dan melibatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh
peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka model yang cocok digunakan
adalah model Experiential Learning,
karena dalam pembelajaran model ini melibatkan pengalaman-pengalaman yang
dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat menuangkan semua
pengalamannya ketika proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk membahas
mengenai model Experiential Learning dan
contoh impelementasinya dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.
2.
Rumusan Masalah
Dari pernyataan dalam latar
beakang masalah diatas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
deskripsi teori model Experiential Learning?
2. Bagaimana contoh
impelementasi teori model Experiential Learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris?
3. Rekomendasi
apa yang diberikan penulis mengenai impelementasi teori model Experiential Learning dalam pembelajaran?
3.
Batasan Masalah
Agar
penulisan makalah ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan
menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Pembahasan
singkat deskripsi teori model Experiential Learning
2.
Contoh impelementasi
teori model Experiential Learning dalam pembelajaran bahasa Inggris.
3.
Rekomendasi
penulis mengenai impelementasi teori
model Experiential Learning dalam pembelajaran.
4.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
a.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
a.
Mengetahui bagaimana
deskripsi teori model Experiential Learning.
b. Mengetahui bagaimana
contoh impelementasi teori model Experiential
Learning dalam pembelajaran
bahasa Inggris.
c. Mengetahui
rekomendasi apa yang diberikan penulis mengenai impelementasi teori model Experiential Learning dalam pembelajaran.
b.
Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis
maupun secara praktis.
a.
Manfaat
Teoritis
1)
Diharapkan
makalah ini dapat menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan.
2)
Dapat
memberikan masukan dan informasi secara teori mengenai contoh impelementasi teori model Experiential Learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.
b.
Manfaat
Praktis
1)
Bagi penulis
sendiri, memberikan tambahan pengetahuan dan menambah wacana keilmuan khususnya
dalam hal teori model Experiential Learning serta impelementasi nya dalam pembelajaran kosakata
bahasa Inggris.
2)
Bagi
guru, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar.
3)
Bagi
pembaca, dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai contoh impelementasi teori model Experiential Learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris.
B. DESKRIPSI
1.
Pengertian Experiential Learning
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2006:773), model adalah “contoh, pola, acuan dan cara”.
Menurut Suprijono (2013: 46), model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Banyak sekali model-model
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran diantaranya adalah
model experiential learning.
Experiential
Learning Teory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model
pembelajaran experiential learning
dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada
sebuah pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman
mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Sebagaimana yang didefinisikan Association for Experiential Education (AEE)
dalam Maulana (2015:9), mendefinisikan “experiential
education is a process through which a learner construct knowledge, skill, and
value from direct experiences”. “Pendidikan berbasis pengalaman merupakan
sebuah proses dimana para pelajar membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai
dari pengalaman langsung.
Menurut Nasution dalam Maulana (2015:9), istilah learning by experience atau belajar
melalui pengalaman juga sering diidentikkan dengan istilah learning by doing atau belajar sambil melakukan. Experiencing means living through actual
situation. All product of learning are achieved by the learner through his own
activity. Mengalami berarti mengahayati situasi-situasi sebenarnya. Semua
hasil belajar diperoleh melalui kegiatan sendiri. Dengan begitu peserta didik
akan memperoleh pengalamannya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Bagaimanapun pengalaman merupakan seluruh kegiatan dan hasil yang
komplek dari interaksi aktif manusia. Sebagai makhluk hidup yang sadar yang
tumbuh dengan lingkungan di sekitarnya yang berubah dalam perjalanan waktu.
Istilah “experiential”
disini untuk membedakan antara belajar kognitif yang cenderung menekankan
kognisi lebih daripada efektif, dan teori belajar behavior yang menghilangkan
peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. David Kolb dalam Siberman
(2014:4), pengarang Experiential Learning
mendefinisikan pembelajaran sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan
melalui transformasi pengalaman (experience).
Menurut Baharudin dalam Maulana (2014:11), pengetahuan merupakan hasil dari
memahami dan mentransformasi pengalaman. Tujuan dari model ini adalah untuk
mempengaruhi peserta didik dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif
peserta didik, mengubah sikap peserta didik, dan memperluas
keterampilan-keterampilan peserta didik yang ada. Ketiga elemen tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak
terpisah-pisah, karena apabila salah satu dari elemen tersebut tidak ada maka
elemen lainnya tidak akan efektif.
Model experiential
learning memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengalami
keberhasilan dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk memutuskan
pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang
ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka membuat konsep dari pengalaman
yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar
tradisional dimana peserta didik menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang
mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan peserta didik. Perbedaan ini
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Experiential Learning
|
Pembelajaran
Tradisional
|
Aktif
|
Pasif
|
Pertisipatif,
berbagi arah
|
Otokratis,
satu arah
|
Dinamis,
belajar dengan melakukan
|
Terstruktur,
belajar dengan mendengar
|
Bersifat
terbuka
|
Cakupan
terbatas dengan sesuatu yang baku
|
Mendorong
untuk menemukan sesuatu
|
Terfokus pada
tujuan belajar yang khusus
|
Bersandar
pada penemuan individu
|
Bersandar
pada keahlian mengajar
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa experiential
learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja,
namun juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan
melalui penugasan-penugasan nyata. Selanjutnya model ini akan mengakomodasi dan
memberikan proses umpan balk serta evaluasi antara hasil impelementasi dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
hal ini experiential learning
menggunakan katalisator untuk membantu peserta didik mengembangkan kapasitas dan
kemampuannya dalam proses pembelajaran.
2.
Tahap Pembelajaran Experiential Learning
Menurut Ghuffron dan Risnawita dalam Maulana (2014:13), pembelajaran experiential learning terdiri dari
empat tahapan, yaitu:
a.
Tahap
pengalaman nyata
b.
Tahap
observasi refleksi
c.
Konseptualisasi
d.
Tahap
implementasi
Keempat tahap tersebut oleh David Kolb digambarkan dalam bentuk lingkaran
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Experiential Learning
Cycle
Dari gambar 2.1. diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Tahap
pengalaman konkret (concrete)
Pada tahap ini peserta didik belum memiliki kesadaran tentang hakikat
dari suatu peristiwa. Peserta didik hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa
adanya dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana dan mengapa
peristiwa itu terjadi. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar.
b.
Tahap
pengamatan aktif dan reflektif (observation
and reflection)
Pada tahap ini belajar harus memberi kesempatan kepada seluruh peserta
didik melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Hal
ini dimulai dengan mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada dalam dunia
sekitarnya. Peserta didik melakukan refleksi dengan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi.
c.
Tahap
konseptualisasi (forming abstract concept)
Setelah peserta didik diberi kebebasan melakukan pengamatan, selanjutnya
diberi kebebasan merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil pengamatannya.
Artinya peserta didik berupaya membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep
atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
d.
Tahap
eksperimentasi aktif (testing in new
situation)
Tahap ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil dari proses belajar harus
bersifat produk nyata. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Belajar
harus memberikan ruang kebebasan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori
serta konsep-konsep di lapangan. (Muchith dalam Maulana, 2014:15).
C.
PEMBAHASAN
Impelementasi
Teori Model Experiential Learning dalam
Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris
Dalam pelaksanaan pembelajaran kosakata bahasa Inggris kelas VII Sekolah
Menengah Pertama, guru menggunakan model pembelajaran experiential learning. Model tersebut merupakan model pembelajaran
yang dapat mengaktifkan peserta didik dan menggunakan pengalaman sehari-hari
yang dimiliki peserta didik, yang diikut sertakan dalam pembelajaran kosakata
bahasa Inggris.
Adapun implementasi model pembelajaran experiential learning dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris,
dapat dilihat dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
a.
Guru
memberikan salam dan menyapa peserta didik
b.
Guru mengecek
kehadiran peserta didik, berdo’a bersama dan menyiapkan buku pelajaran.
c.
Guru dan
peserta didik melakukan tanya jawab mengenai nama benda yang ada di sekitar
kelas.
d.
Guru meminta
peserta didik untuk mendeskripsikan benda-benda tersebut secara sederhana untuk
menggali informasi awal mengenai pengetahuan awal peserta didik.
e.
Guru
menyampaikan standar kompetensi dan uraian kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Kegiatan Inti
Dengan bimbingan guru:
a.
Peserta didik
menyebutkan nama-nama benda yang ada di dalam kelas, kemudian mencari arti
nama-nama benda tersebut dalam bahasa Inggris.
b.
Peserta didik
menyebutkan benda dan masing-masing jumlahnya.
c.
Peserta didik
mengidentifikasi apakah benda yang mereka temukan termasuk ke dalam bentuk kata
benda tunggal (singular) atau jamak (plural).
d.
Peserta didik
membuka tas sekolah mereka dan mencari kosakata bahasa Inggris yang berhubungan
dengan benda-benda yang mereka temukan didalam tas.
e.
Peserta didik
melakukan tanya jawab dengan teman sebangkunya tentang benda-benda yang ada
dalam tas mereka dengan menggunakan bahasa Inggris.
3. Kegiatan Akhir
a.
Guru
menanyakan kepada peserta didik tentang manfaat apa yang mereka terima dari
pembelajaran yang telah diselesaikan.
b.
Guru bersama
peserta didik mendiskusikan kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran
kosakata kata benda dalam bahasa Inggris.
c.
Guru bersama
peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran
d.
Guru
memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari dan menghapalkan nama-nama
benda yang ada di lingkungan rumah sebagai tugas untuk diujikan pada pertemuan
berikutnya.
e.
Guru
menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
D. REKOMENDASI
Berdasarkan
kajian teori serta praktik pembelajaran yang telah dilakukan, pembelajaran
dengan menggunakan model experiential
learning memberikan dampak positif bagi hasil belajar bahasa Inggris
peserta didik, serta meningkatkan konsep dan mempermudah peserta didik dalam
menyusun konsep kosakata bahasa Inggris berdasarkan sumber belajar lingkungan
sekitarnya.
Adapun
rekomendasi penulis mengenai model experiential
learning ini adalah:
1. Model experiential learning dapat digunakan
sebagai model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan penguasaan kosakata
bahasa Inggris peserta didik.
2. Model experiential learning dapat digunakan
sebagai model pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran yang
menyenangkan, saintifik, dan memberikan hasil pemahaman yang baik.
E. REFERENSI
Alamanda. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Experiential
Learning Terhadap Perubahan Konseptual Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/139263-ID-none.pdf. Downoad
13 Februari 2018 Jam 14.00 WIB.
Mahfudin. 2011. Model Pembelajaran Experiential Learning. Dalam http://albyjmahfudz.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-experiential.html. Downoad 13 Februari
2018 Jam 14.20 WIB.
Maulana, Fahmi. 2014. Implementasi Model Experiential Learning
Dalam Pembelajaran IPA Materi Energi dan Perubahannya Siswa Kelas IV MI
Miftahus Shibyan Mijen Semarang (Skripsi). Semarang. UIN Walisongo
Semarang.
Silberman, Mel. 2014. Handbook Experiential Learning. Terj.
M.Khozim. Bandung. Nusa Media.
0 komentar:
Posting Komentar